SALAM FANS DUCATI JB ROSSI
Hehe, srondol si tukang ngarit sekarang mau membahas katup Desmodromic, katup khas yang biasa dipakai Ducati. Yah, walaupun ga punya motornya dan modal sekedar sok tahu doang, tapi ga minder2 amat lah jika ada pengguna moge lewat... Jadi, yuk kita mengenal katup desmodromic.Desmodromic, satu buah kata yang berasal dari bahasa Yunani. Demos yang berarti ikatan atau simpul, dan Dromos yang berarti jalan atau cara. Jadi bila diterjemahkan bebas versi srondol lebay, maka katup Desmodromic adalah katup yang secara simultan (terus-menerus) terikat dengan camshaft.
Katup Desmodromic adalah katup mesin yang bergerak maju-mundur yang ditutup oleh sistem cam dan leverage (dongkrak), bukan ditutup oleh spring (per) konvensional. Katup yang dimaksud adalah katup yang berada di mesin 4 tak yang memungkinkan udara/BBM bercampur di dalam silinder pada awal siklus dan menyemburkan gas yang dikeluarkan pada akhir siklus. Di mesin 4 tak konvensional, katup dibuka oleh cam tetapi ditutup oleh spring (per pegas). Katup Desmodromic punya dua cam dan dua aktuator(penggerak) masing-masing untuk membuka dan menutup (scr positif) tanpa memerlukan adanya spring.
Kok bisa-bisanya diciptakan katup Desmodromic?
Kala itu, sistem katup yang umum dipakai adalah model spring. Model ini digunakan di hampir seluruh mesin produksi masal. Sayangnya, katup model spring ini memiliki kelemahan utama, yakni per pegasnya mudah patah (jika patah, tekanan balik (daya dorong) dari per akan hilang dan katup tidak bisa nutup). Sempat juga dikembangkan proses vacuum melt di tahun 1950-an yang mana proses ini akan membuang kotoran pada per. Tapi tetep saja per-nya bakalan jebol jika dipaksa mental-mentul di atas 8000RPM. Seiring dengan meningkatnya batasan maksimal RPM, maka mutlak diperlukan tekanan per yang lebih kuenceng untuk menutup katup. Tekanan kuenceng ini menyebabkan tarikan cam meningkat dan keausan pun semakin menjadi-jadi. Dirasa sudah mentok dengan model spring, maka muncullah katup model desmodromic.
Desain dan Sejarah
Pergerakan katup yang dikontrol secara total oleh mekanisme desmodromic telah digagas sejak awal masa pengembangan mesin. Sayangnya, merancang sistem yang mampu bekerja secara handal dan tidak terlalu rumit membutuhkan waktu yang lama. Sampai akhirnya, pada tahun 1896, Gustav Mees mematenkan sistem katup desmodromic pertamanya. Lalu di tahun 1907, Aries, perusahaan otomotif dari Prancis mengumumkan memiliki mesin model V4 dengan katup desmodromic. Di tahun 1914 mobil balap Grand Prix Delage pun telah menerapkan sistem desmodromic pada mesin di balik kap-nya.
Sejak itu, penggunaan model desmodromic semakin marak. Pabrik manufaktur asal Italia (Azzariti) pun tak mau kalah dengan Perancis. Hal ini dibuktikan dengan ditelurkannya mesin silinder ganda berkapasitas 173cc & 348cc. Salah satu dari dua mesin beda kapasitas tsb telah memiliki gigi katup desmodromic.
Sampai akhirnya, di tahun 1956 seorang insinyur Ducati, Fabio Taglioni mengembangkan sistem desmodromic untuk Ducati 125 Desmo yang dipakai di ajang balap Grand Prix.
Kutipan Taglioni yang terkenal adalah:
Tujuan spesifik dari sistem Desmodromic adalah memaksa katup bergerak sesuai dengan diagram waktu sekonsisten mungkin. Dengan cara ini, energi yang terbuang akan dihilangkan, kurva kinerja yang lebih seragam dan daya tahan lebih baik.
Para insinyur yang datang setelahnya pun tetap melanjutkan pengembangan, dan Ducati memiliki sejumlah paten terkait desmodromic.
Perbandingan desmodromic dengan katup spring konvensional.
Dalam pergerakan katup spring konvensional, ketika kecepatan meningkat, momentum katup seringkali melebihi kemampuan per pegas untuk menutup secara sempurna sebelum piston menyentuh titik mati atas. Hal ini dpt menyebabkan beberapa kerusakan. Kerusakan pertama dan yg plg parah adalah piston tabrakan dengan katup dan mengakibatkan kerusakan diantara keduanya. Kedua, seringnya terjadi gejala "valve float", yakni katup tidak menutup secara sempurna akibat kurangnya dorongan pembalik dari per sebelum proses pembakaran dimulai. Hal ini mengakibatkan kompresi silinder berkurang. Karena kebocoran kompresi tsb, maka otomatis performa mesin akan menurun.
Desmodromic pun muncul untuk mengatasi masalah di atas karena desmodromic tidak bergantung pada kekuatan spring (untuk menutup). Desmodromic hrs bekerja menyesuaikan momentum katup ketika membuka dan menutup dan hal ini membuat desmodromic bergantung pada massa efektif dari semua part2 yang bekerja (dlm proses membuka dan menutup). Sedangkan di model katup spring, massa efektifnya sedikit berbeda, yakni meliputi 1.5 massa spring plus 1 x massa retainer spring (dudukan/pengait spring). Meskipun demikian, sistem desmodromic harus membagi momen inersia dari dua rocker arm di masing2 katup, jadi kelebihan desmodromic dibanding spring (untuk menutup) juga sangat bergantung dari kemampuan desainernya.
Apa kelemahan sistem desmodromic?
Kelemahan pertama adalah noise/kebisingan karena gerakan rocker arm ketika mengenai ujung batang katup cukup keras dan mengurangi kenyamanan berkendara. Kedua adalah biaya yang lebih mahal dibanding sistem konvensional. Kalau dulu model spring konvensional lebih mahal karena per-nya mudah patah di RPM tinggi, sekarang kondisinya terbalik. Sistem desmodromic memerlukan part-part yang menuntut tingkat presisi sangat tinggi dan kudu sering dilakukan adjustment (penyetelan) katup secara berkala.
Udah cukup sekian pembahasan singkat srondol lebay bin sokteyu.com seputar katup desmodromic. Semoga bisa menambahkan sedikit wawasan bagi brotherhood semuanya... Tenkyu2...kamsia2...
Hallo FBR?? Rossi Pancen OYE... Vale Sempre Tanto!!!
Thanks to google, the biggest online library: wikipedia and ariodtk.
You have to boycott SOPA and PIPA but you may accept SOUP and PASTA :D
bandingkan dong dengan katup pneumatic,,,mana kira2 yang lebih unggul dan hemat bahan bakar...
BalasHapus