Rabu, 14 Maret 2012

Stoner Hebat Tanpa TC?

Stoner Hebat Tanpa TC?
SALAM FANS DUCATI JB ROSSI
Whew... Bener tuh Ndol statement ente? Ups, srondol si tukang ngarit ngasih tanda tanya di judul tuh, hehe. Yup, ini adalah argumen seorang tukang ngarit bin lebay untuk mencoba mematahkan klaim fans stoner bahwa rider mereka tetap hebat tanpa TC. Maaf jika harus menyebutkan nama, tapi srondol akan mencoba mengulasnya dengan seobjektif mungkin.

Sebelum kita membahas kalimat tanya di atas, mari sejenak kita mengenal apa itu TC alias traction control.

Mengenal Traction Control (TC).
Mas bro penggemar motogp sejak jadul pasti tau, kalau dulu, ketika pembalap idola mereka salah buka gas (yang berujung kelebihan traksi) ketika ngelibas tikungan pasti sering sekali berujung ke HOTEL GRAVEL. Nah, di balapan motogp sekarang, tamu HOTEL GRAVEL di tikungan agak sepi. Hal ini bukan karena motor sekarang kehilangan traksi di tikungan, tetapi memang sengaja disunat untuk membatasi tenaga yang dikirim ke roda belakang oleh alat bernama traction control.

Sebenarnya, TC (versi jadul) sudah ada sejak lama. Di tahun 1992, Honda telah menerapkan alat ini di motor ST1100. Pada dasarnya, TC memonitor kecepatan roda depan dan roda belakang dengan bantuan sensor. Kelebihan traksi diindikasikan dengan roda belakang berputar lebih cepat dibanding roda depan, lalu TC memotong power dengan beragam cara sampai kedua roda berputar dengan kecepatan yang seimbang.

Beragam cara yang dimiliki TC untuk menyunat power memperlihatkan betapa TC ini telah berevolusi dari tahun ke tahun. Ada TC yang mengontrol power dengan memperlambat waktu pengapian, ada yang mengurangi pasokan BBM, ada juga yang langsung mengontrol throttle dengan motor servo seperti Yamaha R6 2006. Bahkan ada juga yang langsung menggunakan rem untuk mengontrol roda yang spinning. TC yang lebih canggih lagi ada di mobil 4-WD. Kebayang kan gimana sulitnya ngatur kecepatan jika 4 roda muter semua?

Kerumitan lain di TC mobil (baik 4-WD atau bukan) adalah bagaimana mengalkulasikan perbedaan kecepatan antara roda luar dan roda dalam ketika mobil belok (belok kiri > roda dalamnya adalah roda sisi kiri, roda luarnya adalah roda sisi kanan. Dan sebaliknya), bagaimana TC bekerja jika gas dilepas dan juga ngerem (gas dilepas > speed dikurangi. Ditambah ngerem > speed semakin dikurangi), bagaimana ketika melewati polisi tidur, melewati lubang, dll. Pokoknya, TC benar-benar membantu driver/rider dah.

Variabel TC di motor juga hampir sama dengan yang dipakai di TC mobil. Sekarang, di TC modern analisa variabel-variabel TC di atas (TC jadul) lebih banyak dihandlle oleh komputer dan perangkat elektronik lain. Yang jadi konsen sekarang malah bukan hanya bagaimana menerapkan TC untuk membantu driver/rider, tetapi juga bagaimana memaksimalkan fungsi dari komputer itu sendiri (kalau dulu pada bingung bagiamana menerapkan TC di kendaraan, sekarang bagaimana memaksimalkan fungsi komputerisasi untuk kendaraan. Kalau hanya fungsi TC doang, engineer sekarang bilang, "kecil itu mah!!")

Selain aspek di atas, kecanggihan TC robot juga terlihat dengan perhitungan-perhitungan yang lebih manusiawi. Tahukan, kalau beberapa rider malah sengaja menciptakan spinning di roda belakang untuk membantu belok (RWS-nya Stoner). Jadi di TC robot juga harus bisa mengakomodasi spinning yang disengaja oleh pembalap. Maksudnya, TC robot harus bisa membedakan... Spinning roda belakang ini memang spinning dari si rider (under control) atau spinning karena lost control dari rider, gitu. Jika tanpa TC robot, maka tipikal rider yang menggunakan spinning roda belakang untuk membantu belok dijamin akan terlempar oleh motor dan nginep di HOTEL GRAVEL (jika salah perhitungan dalam buka-tutup gas.)

TC robotik memanfaatkan output dari berbagai sensor untuk pengambilan keputusan (dalam pemotongan power). Sensor gear, sensor gyro (untuk kemiringan), sensor RPM, sensor throttle position, sensor accelerometer, dan bahkan sensor suspensi. Semua output dari bermacam sensor tersebut diitung oleh ECU, lalu hasilnya dikirim ke TC robot untuk kemudian dijadikan bahan pertimbangan berapa sih sebenarnya sliding yang harus diberikan ke roda belakang. Jadi, singkatnya, rider yang memiliki sensitifitas rendah (dalam membuka dan menutup gas) pun sangat-sangat tertolong oleh bantuan komputer dan software yang disematkan ke ECU yang kemudian hasilnya diteruskan ke TC untuk diproses.

Kontroversi TC di dunia balap.
Terlalu banyaknya andil TC (dan juga ECU) dalam menolong rider/driver dan juga bentuknya yang kecil dan dapat dengan mudah dilepas setelah balapan membuat beberapa aturan tentang penggunaan TC dan ECU standard diberlakukan. Di F1, upaya pelarangan TC membuahkan berubahnya regulasi di tahun 2008, yakni semua mobil harus menggunakan ECU standard (tetapi masih bisa disetting-setting < sangat bergantung kepada kemampuan engineer), yang dikeluarkan FIA. ECU standard ini hanya mendukung kemampuan dasar dan tidak memiliki kemampuan pengaturan TC robot.

TC di tikungan.
Telah disebutkan di atas, bahwa TC harus bisa mengakomodasi spinning yang dihasilkan di roda belakang. Jadi, TC dapat digunakan secara 2 arah. Untuk meningkatkan akselerasi di track yang licin, dan yang ke 2 untuk membantu rider agar lebih aman di tikungan. Ketika rider terlalu kebablasan membetot gas, maka TC bertindak sebagai dewa penolong dengan menyunat traksi dan mengeluarkan traksi (HANYA) sesuai porsi (berdasar itung-itungan ECU dari berbagai sensor; gyro, RPM, suspensi, dll) untuk membantu rider sladang-sliding. Rider menjadi PD untuk membetot gas... Tapi bila TC distandardkan maka dia harus belajar melatih sensitifitas dan reflek. Jadi, di sini TC berperan dalam sepinya pengunjung HOTEL GRAVEL karena driver error (dan ketidakmampuan driver mengatasi kondisi selip) telah dikompromi oleh TC.

------------------------

Jadi, kembali ke pertanyaan di kalimat judul. Stoner hebat tanpa TC? Jika srondol si tukang ngarit diberi pertanyaan seperti itu, maka srondol akan balik bertanya.
"Kenapa seorang stoner sampai bisa mendapatkan julukan Rolling Stoner?"
Apakah karena Casey merupakan FBR... Fans berat Ro... ro... Rolling Stone... Hehe...

Srondol pun mengakui, di era TC robot, stoner merupakan salah satu pembalap hebat. Terbukti dengan 2 gelar jurdun. Di samping stoner juga berdiri Jorge, dengan 1 titel jurdun. Dan juga Valentino Rossi dengan 2 gelar jurdun.
Tapi di antara 3 nama di atas, hanya Valentino yang mampu untuk tetap hebat, baik dengan TC standard ataupun TC robot. Jorge belum pasti, sedangkan Stoner telah terbukti tidak mampu jika tanpa TC robot dengan mendapat alias baru, Rolling Stoner.

Jika di akhir-akhir ini stoner membuat statement di media bahwa TC hanya membatasi potensi asli rider... Pernyataan tersebut BENAR-BENAR ambigu... Beberpa waktu sebelumnya stoner sangat-sangat menolak penggunaan TC standard. Silakan googling sendiri dua pernyataan yang saling berkebalikan tersebut, hehe.

Yup, itulah sedikit pembahasan singkat dan lebay tentang TC robot. Yang di jaman MotoGP modern ini penggunaan ECU modern dan TC robot sangat-sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang rider (kalau berkali-kali jatuh berujung DNF, batal dah cita-cita merengkuh jurdun, hehe... Untung ada si Joni, eh si TC robot dan ECU.)

Catatan: Banyolan di atas merupakan pendapat srondol si tukang ngarit dan berhak untuk dikoreksi. Jika fans dari rider yang disebut dalam tulisan tukang ngarit di atas hendak mengoreksi, srondol menerimanya dengan welcome. Tapi maaf jika argumen bro-bro semua srondol skip karena menggunakan profil anonim untuk berkomentar.

Akhir kata, jika terjadi saling bermusuhan antar fans - dan mungkin srondol ikut andil di dalamnya - maka srondol si tukang ngarit menyampaikan maaf untuk semuanya... Dan srondol pertegas sekali lagi, bahwa semua tulisan srondol berhak untuk dikoreksi... Silakan sampaikan argumen, meski beda jika memang argumen tersebut merupakan argumen yang benar, maka srondol tidak akan keberatan untuk meralatnya, hehe.

Mari kita sambut musim 2012. Srondol tukang ngarit TETAP mendukung Valentino Rossi sebagai juara 2012 dan tidak akan berubah, dan (mungkin) begitu pula dengan bro-bro semua yang akan tetap mendukung rider masing-masing.

Welcome GP12 Phoenix, Keep fighting Valentino... We are always behind u...
Sumber: google, wikipedia, musclecarclub, dan sumber yang srondol lupa alamatnya (semua credit kepada sumber tersebut)

Hallo FBR?? Rossi Pance OYE. Ganbatte Rossifumi. Vale Sempre Tanto!!

11 komentar:

  1. Udah bisa nyebut Jorge dengan baik, bukan Jolor lagi, berarti kemajuan besar nih.. srondol si tukang ngarit tidak menutup diri buat dikoreksi.. Hebat, mudah2n blog ini semakin maju dan Salam Damai..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, salam damai bro...
      sudah tua sy bro, jgn sampai ada gontok2an anak2 muda dengan pancingan2 postingan dr sy... anak2 muda indonesia mudah banget "termakan". ini sy maklumi sih...

      sayang ente pakai anonim...?
      makasih untuk koreksinya...

      Hapus
  2. Balapan lama2 kayak maen playstation aja. Skill buka tutup gas udah gak berlaku ditikungan

    BalasHapus
  3. hmmmm.... iya jg ya sblm aku baca artikel ini sbg fanJL gw malah cari tulisan jolor dulu, eeh ternyata gk ada ya siplah, mmg gw hanya cari tulisan jolor karna itu yg penting buat gw tp skrg gk da lg bagus buat dmaklumi

    BalasHapus
  4. lama lama motornya bisa jalan sendiri pake auto pilot,salut buat srondol semakin detail analisanya semoga makin maju blognya

    BalasHapus
  5. Sekarang yang mengatur motor tidak hanya pembalap, tetapi juga sebuah piranti elektronik yang bahkan bisa membuat motor melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh rider beberapa dekade lalu..
    TC..oh TC...

    BalasHapus
  6. Dukung dorna untuk regulasi single ECU dan pembatasan budget
    Bikin balapan lebih manusiawi dan kembalikan MotoGP sebagai acara yang menghibur dari menit awal sampai akhir. Safety hanya alasan untuk melegalisasi keberadaan piranti elektronik oleh pihak-pihak yang menomorsatukan kemenangan dengan mengandalkan bantuan alat tersebut. Kalo mau safety yang sebenarnya silahkan balapan di lintasan ini http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=jM27fujbiXs

    BalasHapus
  7. Sumiati semox ragu mencintai laki laki15 Maret 2012 pukul 16.57

    bener banget. Setujuh aja dueeh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. whahaaha... sumiati aspal ketahuan...
      fans kirik-kirik boy dimana-mana suka mumpet dibalik helm

      wkwkwkwk

      Hapus
  8. Tak bisa dipungkiri bahwa teknologi akan terus berkembang mengikuti perkembangan jaman, sayangnya itu berakibat kurang baik di MotoGP tercinta, dimana kekurangan rider bisa ditutupi dengan teknologi. Masalah yg paling serius adalah nilai dari teknologi itu semakin mahal, dan tidak semua team mampu memiliki, akibatnya hanya team pabrikan tajir yg bisa bersaing. Mungkin aturan TC & ECU standard yg paling baik, jadi team satelit bisa ikut bersaing untuk kejuaraan. Nggak kayak sekarang yg nonton MotoGp udah kayak nonton F1 ... membosankan ... T_T (salam penikmat MotoGP)

    BalasHapus
  9. kalau di motogp di terap kan singgle ECU apa kah sama seperti di F1 yang cuma mendukung kemampuan dasar tapi tidak memiliki kemampuan pengaturan TC robot sebagai mana yg di katakan om srondol?

    kalau bener seperti itu berarti balik lagi donk ke rolling stoner wkaka

    btw om srondol blog nya bagus bikin hati jd tenang sebagai FBR, klw di ibarat kan seperti jalan2 di tengah hari yg panas trus masuk ke mall yg ber AC sejuk pisan uey hehe...

    BalasHapus